Dengan pengambilalihan bisnis ponsel oleh Microsoft senilai US$ 7,2
miliar, Nokia akan mengikuti jejak Ericsson, yakni meninggalkan bisnis
itu guna mengejar keuntungan di peralatan jaringan komunikasi.
Nokia Solutions and Network (NSN) akan menjadi bisnis inti Nokia yang dipercaya mampu menghasilkan dolar hingga US$ 18 miliar per tahun, setelah pihaknya mengambil alih dari usaha patungan bersama Siemen AG Agustus lalu senilai US$ 1,7 miliar. Usaha unit jaringan NSN juga baru saja kembali meraih keuntungan setelah pihaknya menghasilkan kerugian operasi hingga miliaran dolar selama enam tahun ke belakang.
“Nokia yang baru tidak lagi seksi dan tidak akan memiliki pertumbuhan yang spektakuler, namun mereka tidak akan menderita kegagalan yang spektakuler juga. Nokia akan jauh lebih berkompetitif karena tidak akan membuang-buang uang lagi,” kata DanielLacalle, manajer senior portofolio di Ecofin Ltd yang berbasis di London, dilansir Bloomberg.
CEO NSN, Rajeev Suri juga telah memotong lebih dari 20 ribu karyawannya di tengah penurunan penjualan guna mengefisiensi perusahaan dalam bersaingan dengan Ericsson dan perusahaan jaringan lainnya seperti Huawei, Alcatel, dan ZTE. Mereka berlomba-lomba mendapatkan kontrak dengan operator seluler di seluruh dunia dalam menghadirkan jaringan 4G.
“4G merupakan bisnis dengan margin yang tinggi sekarang karena ada teknologi yang memiliki paten baru dan hanya beberapa pemain yang menawarkan itu,” kata Mikko ervasti, analis di Evly Bank Oyj yang berbasis di Helsinki.
Chief Financial Officer Nokia Timo Ihamuotila mengatakan, NSN merupakan perusahaan yang sangat efisien dan dapat berinvestasi dengan cara yang bijaksana. Dia percaya, bila NSN dapat berinvestasi dan fokus ke dalam bisnis jaringan, maka pertumbuhan akan segera datang. “Nokia yang keluar dari transaksi ini akan terus menjadi perusahaan besar. Ini akan memiliki peningkatan laba,” ungkapnya.
Sekedar informasi, Ericsson sendiri sempat dikenal masyarakat luas setelah bermitra dengan Sony dalam menciptakan perangkat ponsel dengan nama “Sony Ericsson”. Namun keduanya bercerai pada awal 2012 silam. Binsis inti perusahaan asal Swedia itu kemudian kembali fokus ke produksi perangkat keras dan perangkat lunak untuk jaringan telekomunikasi. Banyak produk jaringan telekomunikasi besutan Ericsson yang dipakai di beberapa perusahaan telekomunikasi di Indonesia, seperti Indosat, Axis, Telkom Group, dan XL. Mereka juga siap menghadirkan perangkat BTS LTE di Indonesia dengan beberapa operator tersebut dalam waktu cepat atau lambat. Bisnis ini yang akan dikejar Nokia dalam bersaing ketat dengan Ericsson, merayu operator di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
“Masa depan untuk NSN cukup solid. Ini akan mendatangkan keuntungan yang baru dari layanan bisnis yang lebih cepat, seperti pengenalan jaringan 4G. Ada peluang untuk jaringan dan pemasok peralatan di seluruh dunia,” imbuh Hannu Rauhala, analis di Pohjola bank yang berbasis di Helsinki.
Source by
thank you :)