Suasana candi borobudur dari kejauhan pada malam hari (rabu, 3 Juni 2015) |
Jadi awalnya, beberapa hari sebelumnya, kami kebetulan sedang libur dari perkuliahan karena semingggu kedepan tepat tanggal 1 juni kami sudah dihadapkan pada UAS. Nah, kebetulan pada hari jumat 4 hari sebelum Waisyak, saya dan seorang teman saya , sedang membahas masalah perkuliahan dan rencana liburan pasca UAS nanti, dan kebetulan saya sempat membaca berita online tentang perayaan hari waisyak, jadi saya langsung menanyai teman saya yang kebetulan tahun lalunya mereka pergi melihat perayaan waisya, dan saya menawarkan bagaimana jika untuk tahun ini kita pergi melihat ke sana, apalagi pikir saya jaraknya tidak begitu jauh antara Jogja-Magelang jadi tidak perlu melakukan persiapan yang macam-macam, temenku pun ternyata punya niat yang sama, katanya kapan lagi bisa menyaksikan perayaan-perayaan seperti itu, maka kami sepakat untuk pergi ke sana2 juni nanti.
Setelah membahas mengenai tiket masuk, dan hal-hal teknis lainnya, kami sepakat untuk hari selasa nanti akan ke sana (Borobudur) pada malam hari. namun, kami menyadari pada saat itu ada sesuatu hal yang mengganjal dan sangat penting yang tidak bisa ditingalkan, ya tepat hari selasa nanti pada saat itu kami semua sudah memasuki UAS di kampus kami, walau jadwal Ujian dari kami tidak sama dan ada yang tidak memiliki jadwal pada hari itu, namun tentu kami semua harus berpikir ulang kembali jika ingin pergi ke sana. sebab bagi kami UAS itu sangat penting jadi tentu kesibukan-kesibukan yang menggangggu atau yang tidak terkati perkuliahan haruslah sejenak kita tinggalkan.
Namun tentu bukan kita dong, kalau tidak berputar otak mencari solusi dan mencari kesempatan untuk bisa mewujudkan rencana kami. sekali lagi tekad dan rasa penasaran yang begitu mengejolak di dalam batin kami untuk sejenak pergi melihat perayaan setahun sekali itu, mengalahkan logika dan realitas yang ada dihadapan kami, yaitu UAS.
Malam itu juga saya dan teman saya menghubungi rekan-rekan karib kami beberapa orang untuk bertanya dan mengajak mereka sesuai dengan rencana kami. dan kebetulan pada malam itu sudah ada 2 orang yang bersedia ikut, dan 4 orang totalnya. Adapaun 3 orang teman lainnya belum memberi kepastian, dan memang pada hari kami pergi mereka tidak ikut karena ada kesibukan sendiri, jadi kami totalnya hanya 4 orang.
Selasa 2 Juni, tepat pada hari ini dan hari sebelumnya ada dua perayaan besar yakni perayaan Waisya dan hari lahir Pancasila (1 juni), kebetulan dalam beberapa hari terakhir ini cuaca di kota Jogja dan beberapa wilayah di Indonesia lagi sering-seringnya di datangi tamu dari langit, yaitu Hujan, sama halnya pada hari ini selasa 2 Juni dari siang hari hujan dengan deras mengguyur kota Jogja, tentu jika hujan tidak juga reda sampai malam, rencana kami pasti akan gagal, alias tidak jadi pergi. Namun memasuki maghrib di hari itu hujan mulai mereda dan cuaca sudah sedikit lebih cerah, hati pun mulai lega.
Sebelum maghrib setelah bersiap-siap dan mengemas barang-barang yang akan di bawa, saya langsung meluncur ke tempat kumpul kami yaitu tempat kos temanku. Ya kami akan berangkat ke magelang setelah Isya. Tepat pukul 7.40 setelah sholat Isya kami yang berjumlah 4 orang langsung berangkat menggunakan 2 motor menuju magelang menembus dinginya malam pasca hujan, dengan tanpa perbekalan kami langsung meluncur.
sekitar pukul 9 malam, setelah menempuh 40Km lebih kami sampai di Magelang, kami disambut dengan macetnya jalan pada saat memasuki candi Mendut, ya karena ada upacara perayaan menuju hari raya waisyak pada malam itu di Candi Mendut maka jalan dialihkan melewati utara dan memutar, kebetulan jalan yang kami lewati kali ini melewati rumah warga dan persawahan, dengan jalan yang sempit dan gelap, jadi perlu ekstra hati-hati.
Setelah beberapa saat kami memutar akhirnya kami tiba di area candi Borobudur, kami tekejut, karena suasana malam itu sunyi, dan sama sekali terlihat dari luar tidak ada aktivitas di dalam candi, hanya terlihat beberapa orang di dalam , dan beberapa pedagang yang berjualan di sekitar luar area borobudur. Kami sempat berputar-putar untuk mencari tempat masuk, dan akhirnya kami berhenti di gerbang utara, yang masih terbuka sambil menengok ke dalam penuh dengan kebingungan.
Beberap saat kemudian ada seorang mas-mas warga asli situ menghampiri kami dari seberang jalan, seraya berkata :
"mas-mas acara nya itu besok malam mas, kebetulan untuk tahun ini diundur sehari mas, jadi untuk perayaan lampionnya dan puncak acara itu besok mas, kalau mau datang besok malam aja lagi, jam segini",
kami berempat saling bertatap dan bengong, karena gak nyangka kalau perayaannya itu besok.
"oo..gitu ya mas, berarti lampionya besok malam ya, ? waduh udah jauh-jauh kirain malam ini e..." jawab salah satu dari kami.
"dari mana mas-mas e ?" tanya warga tadi. " dari Jogja e..mas," jawab temenku.
Setelah bercakap-cakap beberapa lama, kami pun memutuskan untuk kembali, sebenarnya ingin menginap pada malam itu tapi karena teman kami ada yang ujian besok hari, jadi dengan sangat kecewa kami harus kembali lagi ke Jogja malam ini juga. Untuk sedikit mengobati kekecewaan, sebelum balik kami singgah di candi Mendut, untuk sekedar melihat suasana di sana sembari nyari kuliner untuk mengisi perut.
Setelah sampai di candi mendut, ternyata di sini sangat ramai, kebetulan pada saat kami sampai baru saja selasai upacara ritual keagamaan di candi mendut, jadi memang sangat ramai karena banyak warga yang ingin melihat acara tersebut ataupun sekedar berkeliling di pasar malam, yang berada disekitar candi. Disepanjang jalan banyak sekali jajanan makanan, pakaian, accesoris, dan pernak-pernik yang di jajakan. kami pun sempat mampir dan berkeliling untuk melihat berbagai macam dagangan dan aksesoris, mungkin saja ada yang menarik untuk dibeli.
Saya menyempatkan untuk membeli celana pendek training untuk jogging, beberapa teman lainpun membeli beberapa pernak-pernik. setelah puas berkeliling pasar malam, kami bersegera mencari makan, disekitar candi banyak sekali jajanan yang bisa dipilih, ada bakso, mie ayam, sampai gorengan dan berbagai macam kue dan makanan ringan, saya menyempatkan membeli beerapa gorengan dan kue, dan kemudian kami segera menuju salah satu gerobak yang berjualan mie ayam dan bakso, sampai di sana, kami memesan mie ayam dan Es jeruk.
Sembari menunggu, kami becengkrama dan mencicipi kue dan gorengan yang tadi kami beli, beberapa saat kemudian mie ayam dan es jeruk yang kami pesan datang, sambil bercerita dan bersenda gurau kami melahap mie ayam tadi, sehabis makan kami santai sejenak, sambil menikmati suasana malam candi mendut, ya kebetulan malam itu pengunjung tidak diperbolehkan masuk area candi karena sedang ada persiapan dan gladi bersih untuk upacara esok hari, jadi pengunjung hanya bisa menyaksikan dari luar.
Hampir pukul 11 malam, setelah puas bersantai dan perut sudah terisi, waktunya kita memutuskan untuk segera balik ke jogja, meski sedikit kecewa karena tujuan utama kami belum tercapai, namun sudah sedikit terobati setelah kami menyempatkan singgah di candi mendut dan menikmati suasana malam di sana. karena kami dari awal sudah komitmen, maka kami putuskan untuk kembali lagi esok hari untuk menyaksikan upacara puncak waisyak dan pelepasan lampion.
Rabu, 3 juni 2015, sekitar pukul 19.30 malam setelah Sholat Isya, kami berempat bersiap-siap untuk pergi kembali menuju magelang untuk menyaksikan pelepasan lampion, kebetulan cuaca malam ini sangat cerah, meskipun siang harinya sempat hujan. Setelah 2 jam kami menempuh perjalanan dari Jogja, pukul 9 akhirnya kami tiba di magelang, memasuki area borobudur, sudah mulai terlihat suasana keramaian, mendekati area candi kendaraan mulai berjalan pelan karena terjadi kemacetan, di kiri-kanan banyak sekali kendaraan-kendaraan yang parkir banyak sekali pengunjung yang berjalan kaki dan harus memarkirkan kendaraanya jauh di luar area karena sulit memasuki area borobudur, aparat dan kendaraan kepolisian dan tentara juga sangat banyak malam itu, ya mereka bertugas untuk mengamankan jalannya acara malam itu agar berjalan dengan lancar.
Setelah memarkirkan kendaraan di utara candi, kami langsung segera memasuki area candi dan menuju ke dalam candi. Malam itu memang sangat banyak sekali pengunjung yang datang dari berbagai daerah untuk menyaksikan malam puncak waisyak ini, Ya saya bepikir ini bukan sekedar perayaan keagamaan, tetapi ada unsur budaya dan tradisi yang menjadi daya tarik, tidak kalah penting yakni ada unsur sosial. Sebab dalam perayaan ini, sama sekali tidak membatasi orang / pengunjung entah dari berbagai macam suku, agama, dan golongan hadir untuk menyaksikan perayaan ini, bahkan pengunjung disambut dengan ramah dan ikut dilibatkan berpartisipasi dalam acara pelepasan lampion ini. Hal posotif dari perayaan ini adalah acara ini mampu menyatukan sekat perbedaan yang selama ini menjadi hal yang sensitif, namun pada malam ini sekat itu tidak ada, semua masyarakat bercampur baur, berkumpul dengan tertib menyaksikan perayaan pelepasan lampion ini. Luar biasa indah, jika hal ini bisa kita saksikan setiap hari di dalam kehidupan masyarakat kita yang sarat pluralitas ini. hmmm...
Terlihat banyak sekali pengunjung dari berbagai daerah yang sedang duduk di padang rumput sembari menyaksikan dan menunggu prosesi pelepasan lampion (Rabu, 3 Juni 2015) |
Nampak Candi borobudur dari kejauhan, karena pada malam itu pengunjung tidak diperkenankan masuk ke dalam candi, jadi hanya bisa di abadikan dari luar area candi |
Sekitar pukul 11 malam, panitia mulai melakukan persiapan untuk prosesi puncak , yaitu pelepasam Seribu dua ratus lampion ke atas langit. pelepasan lampion ini diibaratkan melepaskan segala macam dosa dan hal-hal buruk yang ada pada diri manusia agar kembali suci dan kembali menuju fitrah manusia seutuhnya. kebetulan untuk acara ini panitia melibatkan para pengunjung dari berbagai golongan yang berminat untuk ikut serta, jadi mereka yang punya kesempatan untuk menerbangakn lampion adalah mereka yang beberapa hari sebelumnya sudah melakukan pendaftaran, jadi karena kami tidak melakukan pendaftaran sebelumnya maka kami hanya bisa menyaksikan acaranya dari kejauhan seperti pengunjung lainnya sembari melakukan dokumentasi dan mengabadikan mommnet yang terjadi.hehe...
Panitia sedang memberikan arahan kepada para peserta yang akan melepaskan lampion |
Ritual Upacara , sebelum acara pelepasan lampion |
Setelah puas dan menyaksikan pelepasan terakhir yakni sekitar pukul 1.30 pagi, kami bergegas balik ke Jogja dengan perasaan yang lega karena sudah tercapai keinginan untuk menyaksikan perayaan lampion. kami harus segera balik sebelum pagi menjelang karena pada pukul 8 pagi nanti saya akan mengikuti UAS.
Jika dipikir-pikir cukup nekat juga ya, tapi inilah pengalaman, sesuatu yang tidak kalah penting menurut ku, karena bagi ku jika "ilmu" saya dan kalian bisa mendapatkan pengetahuan yang sama, berbeda dengan pengalaman, pengalaman yang didapat tidak akan mungkin sama diantara setiap orang. dan satu lagi pengalaman tidak akan bisa diulang, pengalaman itu hanya bisa kita dapatkan sekali, berbeda dengan ilmu kita bisa pelajari berulang kali, tergantung seberapa niat dan mau kita untuk mau belajar. okeeyyy.... ;)
lampion-lampion yang diterbangkan ke laingit |
Terlihat langit malam tiba-tiba terang , karena dipenuhi lampion-lampion yang berterbangan di atas langit borobudur |
Hal yang dapat saya simpulkan setelah menyaksikan perayaan kali ini yakni, saya menyadari bahwa pluralitas dan keragaman masyarakat Indonesia bukanlah merupakan sebuah penghalang dan penghambat kita untuk senantiasa bersatu dan saling menghargai antara sesama umat beragama, bukankah dengan berdamai dan bersatu itu akan lebih Indah, karena dalam ajaran agama manapun, termasuk Islam sangat menjunjung tinggi kedamaian dan persatuan. Secara manusiawi, senantiasa menghargai perbedaan diantara sesama umat manusia adalah merupakan keniscayaan dan kodrati fitrah manusia. bukankah Allah SWT juga berfirman :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.QS. 49:13Bahwasanya, perbedaan itu sejatinya merupakan anugerah dari yang maha kuasa, sang pencipta langit dan bumi, Allah SWT. lantas untuk apa kita saling merendahkan satu sama lain, saling membenci, saling membatasi diri dalam hidup bermasyarakat. mungkin dalam tataran akidah dan kepercayaan, kita boleh berbeda, dalam Al-Quran Allah berfirman : Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (QS. Al Kafirun: 6), namun dalam kehidupan masyarakat (Horizontal), secara kodrati kita adalah saudara dan saling membutuhkan satu sama lain, bener gak ?.
Bagi Islam agama yang saya anut, yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah ketakwaan. Yang paling bertakwa dialah yang paling mulia. Dengan adanya persamaan derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya benih-benih kebencian dan permusuhan diantara manusia, sehingga semuanya dapat hidup rukun dan damai. Aspek lain yang ajaran Agama ku sangat tekankan demi terciptanya perdamaian dalam kehidupan sosial ditengah masyarakat adalah persoalan keadilan.
Keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau dengan musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya keadilan, maka tidak ada seorangpun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan sehingga dapat merendam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak akan terjadi. Allah berfirman dalam al-Qur’an:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.QS. 5:8
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.QS. 60:8
Hal lain yang juga tak kalah pentingnya adalah persoalan kebebasan. Dalam hal ini Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya paksaan bagi siapa saja yang beragama, setiap orang bebas menentukan pilihannya. Dengan adanya kebebasan tersebut diharapkan tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung pada munculnya kebencian.(http://www.alquranalkitab.net)
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.QS. 2:256
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? QS 10:99Karena jika kita bisa merenungi dan memahami, sesungguhnya kita harus bersyukur karena diberikan anugerah oleh yang maha kuasa atas keberagaman agama, suku, budaya, dan bahasa, tentu perbedaan itu sungguh sangat indah, karena keberagaman adalah alasan kenapa kita tidak sendiri hidup di dunia ini, percayalah negeri ini akan selalu damai jika kita senantiasa meletakkan asas-asas toleransi dalam garda depan kehidupan bermasyarakat kita, dan senantiasa menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan berbangsa kita. okeyy guys..Tetaplah bangga dengan perbedaan dan junjung tinggi selalu toleransi dan perdamaian.
Tulisan Ini berdasarkan pengalaman dan pendapat pribadi penulis yang ditelisik dari aspek Sosial dan kehidupan bermasyarakat dan sama sekali tidak ada unsur merendahkan atau menyinggung golongan agama tertentu. keep PEACE guys.... :)
Experience and My Story on Rabu, 3 Juni 2015 | ditulis pada 15 Agustus 2015.
hohoho, gambarnya tolong di perbaiki lagi mas. hahahaha
BalasHapusmampir juga ya di adrilianto.blogspot.com
BalasHapus