Vermak Pakaian keliling adalah Pekerjaan sehari-hari Mbah Solikhin demi menyambung hidup (Image:Brilion.net). |
Selepas keluar dari Dinas PDK, beberapa tahun dirinya kerja serabutan demi menghidupi istri dan tujuh anaknya. Keberuntungannya membaik ketika dirinya diterima bekerja di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta. Namun lagi-lagi ada kendala yang menghadangnya.
"Waktu itu hotelnya sudah mau bangkrut, jadi banyak karyawan yang diPHK, termasuk saya," kenangnya ketika ditemui brilio.net beberapa waktu lalu di sebuah gardu wilayah Seturan, Sleman, Yogyakarta.
Tahun 1995 dirinya memutuskan untuk menjadi tukang vermak baju keliling. Kala itu dirinya masih kuat untuk mendorong gerobak yang berisi mesin jahit dan alat-alat lainnya. Rutenya di sekitaran Mundusari sampai dengan wilayah Seturan.
"Kalau sekarang sudah ndak kuat, disuruh orang-orang buka di depan gardu ini saja," katanya.
Mbah Solikhin, Tetap mencari nafkah di usia senjanya [Image:brilio.net] |
"Pendapatan ya kadang Rp 5.000, kadang Rp 10.000, kadang juga ada yang tiba-tiba berhenti ngasih uang. Apa wajah saya kaya pengemis ya?," tanyanya sembari bercanda.
Kini Mbah Likhin tinggal bersama anak bungsunya di daerah Tempel, Mundusari, Sleman Yogyakarta. Istrinya sudah meninggal dunia dan anak-anaknya yang lain berada di luar kota. Di usianya yang sudah tua, dia masih giat mencari rupiah walaupun tidak seberapa. "Buat makan," tutupnya.
[@Brilio.net]
Bagi kawan kawan, jika bertemu bapak ini, bisa menggunakan jasanya dan membantu sebisa kita baik berupa Nominal, makanan, maupun barang, walaupun dengan langkah kecil, setidaknya kita telah menebar sedikit kebaikan,kepedulian, & meringankan beban terhadap sesama yaitu saudara-saudara kita yg kurang beruntung.
thanks for yout attention :)